sediki
Minggu, 29 Januari 2017
Jumat, 27 Januari 2017
nikah muda??
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..NIKAH MUDA
yap ukhti maupun akhi. pada kali ini ana mau membahas masalah........ 'NIKAH MUDA'
nikah muda sekarang menjadi topik yang tidak biasa. terkesan aneh di kalangan remaja. kenapa?
ya,, mereka lebih memilih pacaran yang jelas-jelas itu udah di larang Allah Subhanahu wata'ala.
seperti dalam surah:
وَلاَ تَقْرَبُواْ الزِّنَى إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاء سَبِيلاً
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." (QS.Al
Israa. ayat 32)
"kan tidak semua yang pacaran melakukan zina" hm.. kamu tatap-tatapan aja itu udah zina neng><
banyk yang beranggapan bahwa dgn pacaran, mereka dapat lebih mengenal pasangan meeka nantinya untuk di ajak ke jenjang pernikahn. itu merupakan hal yang salah.
pacaran itu sama aja degan kamu menjaga jodohnya orang lain. yang nyatanya kalau kamu sudah bertahun-tahun pacaran sama dia, pegang-pegangan sampai ke hal yang lebih dalam lagi, sia-sia dong ya.
degan nikah muda, menjauhka kita dari hal yang seperti itu, salahkah nikah muda? justru tidak.
tapiiii, nikah muda juga butuh persiapan lahir maupun bathin.
nah, buat kamu yang belum siap untuk nikah, jagalah diri, disertai dengan hal-hal yang positif, puasa, dan berkumpullah dgn teman-teman yang shaleh.
ana akan share ni manfaat nikah muda.. simak yah..
1. Lebih terjaga dari dosa
Dalam
ajaran agama, menikah di usia muda adalah hal yang di anjurkan karena
dapat mencegah terjadinya pergaulan bebas dan penyebaran penyakit
kelamin yang berbahaya. Selain itu, menikah di usia muda juga memastikan
konteks garis keturunan yang jelas.
2. Lebih bahagia
Hasil
riset National Marriage Project’s 2013 di Amerika Serikat (AS)
menunjukkan, persentase tertinggi orang yang merasa sangat puas dengan
kehidupan pernikahan adalah mereka yang menikah di usia 20-28 tahun.
Sebab mereka umumnya belum memiliki banyak ego-ambisi.
Pasangan
muda lebih mudah menerima pasangan hidupnya. Bahkan, ketika sang suami
belum mapan secara ekonomi dan akibatnya hidup “pas-pasan”, mereka tetap
bisa enjoy dengan kondisi tersebut.
3. Mudah beradaptasi
Pengantin
berusia muda memiliki toleransi yang tinggi terhadap perubahan, lebih
mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, keluarga pasangan, dan
kebiasaan buruk pasangan.
Hal yang demikian tidak terjadi pada pasangan penganting yang telah berusia matang.
4. Lebih puas untuk urusan intim
Pasangan
yang menikah di usia 20-an cenderung melakukan hubungan intim lebih
sering daripada mereka yang menikah lebih lambat. Hasil studi Dana Rotz
dari Harvard University pada 2011 menunjukkan, menunda usia menikah
empat tahun terkait dengan penurunan satu kali hubungan intim dalam
sebulan.
Sedangkan dalam tingkat kepuasan, menikah di usia muda – diantaranya dengan dukungan fisik yang masih prima- membuat suami istri lebih menikmati keadaan intim.
Sedangkan dalam tingkat kepuasan, menikah di usia muda – diantaranya dengan dukungan fisik yang masih prima- membuat suami istri lebih menikmati keadaan intim.
5. Belajar kedewasaan
Belajar
menjadi lebih dewasa dengan orang yang kita cintai adalah fase hidup
yang menyenangkan. Bisa menjadi lebih bertanggung jawab. Daripada
sebelumnya saat belum menikah, seseorang akan bisa lebih bertanggung
jawab karena tuntutan atau keadaan yang memaksa harus seperti itu.
6. Emosi lebih terkontrol
Menikah
di usia muda terbukti lebih cepat mendewasakan pasangan tersebut. Dalam
arti, menikah dan berumah tangga membuat seseorang lebih terkontrol
emosinya. Ini dipengaruhi oleh ketenangan yang hadir sejalan dengan
adanya pendamping dan tersalurkannya “kebutuhan batin.”
Hasil
studi sosiolog Norval Glenn dan Jeremy Uecker pada tahun 2010 mendukung
hal ini. Menurut hasil studi tersebut, menikah pada usia muda akan
lebih bermanfaat dari sisi kesehatan dan mengontrol emosi.
7.Bersama-sama mengejar mimpi
Masa
muda adalah masa mengejar impian. Di sinilah letak serunya menikah
muda, Anda dan pasangan masih memiliki semangat yang tinggi dalam
mengejar cita-cita. Tak sebatas itu saja, dukungan yang diberikan pun
lebih konkrit dan nyata.
8. Lebih mudah meraih kesuksesan
Sebagian
orang menunda menikah dengan alasan mencapai jenjang karir tertentu
atau hidup mapan terlebih dahulu. Padahal, saat seseorang telah menikah,
ia menjadi lebih tenang, merasakan sakinah.
Dengan
ketenangan dan stabilnya emosi ini, ia bisa lebih fokus dalam meniti
karir dan beraktifitas apa pun. Karenanya tidak mengherankan jika banyak
orang-orang yang sukses di usia 40-an adalah mereka yang menikah di
usia 20-an.
9. Faktor reproduksi
Peluang
memperoleh anak lebih tinggi, dibandingkan pengantin wanita berusia
lebih dari 35 tahun. Ini adalah keuntungan menikah muda.
10. Lebih baik bagi masa depan anak-anak
Lebih
baik bagi masa depan anak-anak di sini bukan berarti menikah di usia
muda memungkinkan anak sudah dewasa saat Anda pensiun. Meskipun, hal itu
juga bisa menjadi salah satu pertimbangan.
Namun
yang lebih penting dari itu, menikah di usia muda dan memiliki buah
hati di usia muda, saat Anda belum mapan secara ekonomi berarti
kamu dapat mendidik anak-anak secara langsung merasakan pahit getirnya
kehidupan. Artinya mereka telah mencicipi perjuangan Anda. Dan jangan
sampai anak-anak hanya tahu fasilitas dan hidup enak tanpa merasakan
hidup adalah perjuangan.
Mengenal Izzah Dan Iffah
Menjaga Izzah dan 'Iffah
Izzah adalah sebuah harga diri yang mulia dan agung. Harus ada menghiasi setiap relung jiwa seorang muslim, apalagi Muslimah.
Sedangkan ‘iffah adalah menahan. Adapun secara istilah; menahan diri sepenuhnya dari perkara-perkara yang Allah haramkan.
Dengan demikian, seorang yang ‘afif
adalah orang yang bersabar dari perkara-perkara yang diharamkan walaupun
jiwanya cenderung kepada perkara tersebut dan menginginkannya.
Izzah dan ‘Iffah adalah akhlaq yang
tinggi, mulia, dan dicintai oleh Allah Ta’ala. Bahkan akhlaq ini
merupakan sifat hamba2 Allah Ta’ala yang shalih, yang senantiasa memuji
keagungan Allah Ta’ala, takut akan siksa, adzab, dan murka-Nya, serta
selalu mencari keridhaan dan pahala-Nya.
Karena Izzah-nya adalah sesuatu yang sangat mahal dan ‘iffah-nya adalah sesuatu yang sangat berharga.
Kita mungkin mampu menguasai
keduanya (Izzah dan 'Iffah) di “dunia nyata” tapi ternyata tidak sedikit
yang tidak mampu mempertahankan keduanya ketika berada di “dunia maya”.
Sayang sekali memang, ketika kita
merasa bahwa "dunia maya" akan jauh berbeda dengan "dunia nyata"
ternyata syetan pun dengan mudah menguasai diri.
Hijab yang begitu anggun ditutup
dari lawan jenis, begitu mudah dibuka ketika menemukan lawan jenis,
karna merasa bahwa tidak ada hijab di "dunia maya" apalagi yang sedang
populer kini yakni facebook.
Tak ada lagi yang tersisa dari rasa
malu yang sering dibanggakan di ‘dunia nyata’, hilang begitu saja ketika
lawan jenis (bukan mahram) lebih memperhatikan di facebook daripada
ketika di ‘dunia nyata’.
Disisihkan kemana rasa malu itu,
ketika hati sudah terpaut di ‘dunia maya’ sehingga mata dan hati tak
lagi melihat sebuah iffah dan izzah yang harus pertahankan.
Demikianlah Islam telah menempatkan
wanita di tempat yang mulia, namun mereka sendirilah yg menghilangkan
Izzah dan 'Iffah mereka.
#MenjagaIzzahDanIffah
8 Cara Agar selalu Istiqamah
8 Cara Ini Agar Istiqomah Mudah Diraih

Shadaqallahul ‘azhiem.
Istiqomah. Kata yang sangat mudah untuk kita ucapkan, akan tetapi sangatlah sulit untuk dilakukan. Apabila kita berbicara mengenai istiqomah, maka ini tidak akan terlepas dari yang namanya hidayah. Tidaklah mungkin seseorang bisa istiqomah, melainkan ia pasti diberi hidayah (petunjuk) oleh Allah SWT untuk menjalankan hal tersebut.
Kita mungkin pernah mendengar atau melihat sendiri, bahwa ada seorang yang dulunya dikenal sangat shalih, baik, rajin beribadah, memakai pakaian yang menutup aurat dan sebagainya, namun sekarang hal tersebut berbalik 180 derajat. Ia menjadi seorang yang malas beribadah, akhlaknya tidak karu-karuan dan seterusnya. Tentunya, kita tidak ingin menjadi seperti ini bukan?
Berusaha menjadi pribadi yang istiqomah itu akan memerlukan usaha dan kesabaran ekstra. Maka tidak heran, Allah SWT akan mengganti usaha dan kesabaran kita tersebut dengan pertolongan-Nya seperti yang sudah disebutkan dalam surat Fushilat ayat 30 di atas. Apa saja sih usaha dan tips agar kita bisa menjadi istiqomah dalam kebaikan? Berikut ini keutamaan istiqomah dan tips-tips yang bisa dilakukan supaya (insya Allah) kita bisa istiqomah dalam agama ini serta senantiasa dalam ketaatan.
Arti dan Keutamaan Istiqomah

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا
رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ
أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي
كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah
Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat
akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa
takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan
(memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.” (QS.
Fushilat: 30)Para ulama ahli tafsir ketika memberikan penjelasan mengenai istiqomah di ayat ini terbagi menjadi 3 pendapat.
- Istiqomah dalam agama Islam. Inilah yang dikatakan oleh Mujahid (nama seorang tabi’in) dan Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq.
- Istiqomah dalam ketaatan kepada Allah. Pendapat ini dari Sayyidina Ibnu ‘Abbas.
- Istiqomah dalam keikhlasan. Inilah pendapat dari Abul ‘Aliyah.
Ketiga pendapat ini keseluruhannya bisa kita pakai, karena tidak ada yang bertentangan.
Imam Mujahid ketika menafsirkan ayat ini menyebutkan bahwa para malaikat akan mengatakan; “Janganlah takut dengan akhirat yang akan kalian hadapi. Juga jangan bersedih dengan dunia yang akan kalian tinggalkan yaitu anak, keluarga, harta serta tanggungan hutang karena para malaikat-lah nanti yang akan mengurusnya.” Di saat itu pulalah orang-orang yang istiqomah tadi akan diberi kabar gembira mengenai surga yang sudah dijanjikan.
Menurut Zaid bin Aslam, hiburan serta kabar gembira ini tidak hanya disampaikan ketika sekarat saja, akan tetapi juga ketika berada di alam barzakh (alam kubur) serta ketika dibangkitkan di hari kiamat. Inilah keutamaan yang akan didapatkan oleh orang-orang yang istiqomah dalam 3 hal yang disebutkan di atas.
8 Tips Supaya Tetap Istiqomah Dalam Beragama dan Ketaatan
Berikut ini 8 tips yang, insya Allah, bisa membantu kita untuk menjadi pribadi yang istiqomah baik dalam agama Islam, maupun dalam ketaatan.1. Memahami dan Mengamalkan Intisari Dua Kalimat Syahadat
Apabila kita ingin terus berada dalam agama ini, yang harus kita perhatikan pertama kali adalah rukun Islam kita yang pertama, kedua kalimat syahadat. Ketika kita sudah bersaksi bahwa tiada yang berhak disembah selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, itu artinya kita juga mengikrarkan untuk tidak akan menambah sesembahan lain atau sekutu bagi Allah serta taat kepada perintah dan ajaran yang dibawa oleh utusan-Nya, Muhammad SAW.2. Memperbanyak Interaksi dengan Al-Quran

قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur’an itu dari Rabbmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.” (QS. An Nahl: 102)Imam Ibnu Katsir mengatakan mengenai ayat tersebut, “Katakanlah wahai Muhammad, Al Qur’an itu adalah petunjuk bagi hati orang beriman dan obat penawar bagi hati dari berbagai keraguan.”
Biasanya, orang-orang yang tidak istiqomah dalam agama ini adalah mereka yang kurang interaksi dengan al-Quran dan malah sering berinteraksi dengan orang kafir ataupun orang-orang liberal, sekuler dan sejenisnya.
3. Mulai dari Amal-amal Sederhana
Untuk menjadi pribadi yang istiqomah dalam beramal shalih, kita perlu membiasakan dari amal-amal yang sederhana seperti bersedekah (walaupun sedikit), membantu kawan, sholat dhuha dan lain lain. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwasannya amal yang paling dicintai Allah itu adalah amal-amal yang terus istiqomah walaupun sedikit.Dari yang sedikit ini, sedikit demi sedikit ditingkatkan hingga menjadi amalan yang besar lagi istiqomah.
4. Paksa Diri Memberikan Manfaat bagi Sesama
Beramal shalih tidak hanya amal-amal yang berkaitan dengan diri sendiri, tapi harus juga bermanfaat bagi orang di sekitar kita. Sikap terlalu mementingkan diri sendiri, walaupun dalam kebaikan, serta tidak peduli dengan orang di sekitar kita justru tidak baik, karena itu artinya kita membiarkan saudara seiman kita berada dalam kesulitan, baik dunia maupun akhirat.Oleh karena itu, diantara yang penting untuk dilakukan agar bisa terus istiqomah beramal shalih adalah selalu berusaha membuka celah kebaikan dengan memberikan manfaat kepada saudara kita, walaupun mungkin kecil di mata kita, bisa jadi besar di mata orang yang kita bantu tersebut.
5. Tingkatkan Keyakinan Adanya Balasan di Akhirat
Allah SWT selalu memiliki cara untuk memotivasi hamba-Nya agar giat beribadah. Terkadang, motivasi itu dalam bentuk balasan di dunia yang bisa kita rasakan langsung. Akan tetapi, bisa juga balasan dari amal shalih kita Allah simpan sebagai balasan di akhirat. Untuk tetap istiqomah dalam beramal, kita harus mempercayai bahwa setiap amal baik kita pasti memiliki balasan tersendiri sebagaimana yang Allah janjikan di berbagai ayat dan hadits-hadits Nabi-Nya.Demikian pula apabila kita mulai futur dan ingin kembali melakukan kemaksiatan, ingatlah keburukan yang akan menimpa kita di akhirat nanti. Apabila itu terlalu menakutkan, maka cukup ingat bahwa Allah akan memberikan balasan besar bagi orang-orang yang mau meninggalkan kemaksiatan karena Allah.
6. Memiliki Kawan dalam Kebaikan

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At Taubah: 119).Demikian pula Nabi Muhammad SAW menyampaikan pentingnya sahabat dalam kebaikan;
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ
وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ،
لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ
رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَو تَجِدُ
مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang
yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan
pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau
bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan
pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus
terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.”7. Membaca Kisah Orang-orang Shalih

satujam.com
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ
أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ
الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah
kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini
telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orang-orang yang beriman.” (QS. Hud: 11)8. Perbanyak Do’a Memohon Pertolongan dari Allah

7daftar.com
وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ
مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ
الصَّابِرِينَ (146) وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلَّا أَنْ قَالُوا رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ
أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (147)
فَآَتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْآَخِرَةِ
وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (148
“Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka
sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi
lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu
dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang
sabar. Tidak ada do’a mereka selain ucapan: ‘Ya Rabb kami,
ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang
berlebih-lebihan dalam urusan kami dan teguhkanlah pendirian kami, dan
tolonglah kami terhadap kaum yang kafir‘. Karena itu Allah
memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di
akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS. Ali ‘Imran: 146-148).
Langganan:
Postingan (Atom)