“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah
Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat
akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa
takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan
(memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.” (QS.
Fushilat: 30)
Shadaqallahul ‘azhiem.
Istiqomah. Kata yang sangat mudah untuk kita ucapkan, akan tetapi
sangatlah sulit untuk dilakukan. Apabila kita berbicara mengenai
istiqomah, maka ini tidak akan terlepas dari yang namanya hidayah.
Tidaklah mungkin seseorang bisa istiqomah, melainkan ia pasti diberi
hidayah (petunjuk) oleh Allah SWT untuk menjalankan hal tersebut.
Kita mungkin pernah mendengar atau melihat sendiri, bahwa ada seorang
yang dulunya dikenal sangat shalih, baik, rajin beribadah, memakai
pakaian yang menutup aurat dan sebagainya, namun sekarang hal tersebut
berbalik 180 derajat. Ia menjadi seorang yang malas beribadah, akhlaknya
tidak karu-karuan dan seterusnya. Tentunya, kita tidak ingin menjadi
seperti ini bukan?
Berusaha menjadi pribadi yang istiqomah itu akan memerlukan usaha dan
kesabaran ekstra. Maka tidak heran, Allah SWT akan mengganti usaha dan
kesabaran kita tersebut dengan pertolongan-Nya seperti yang sudah
disebutkan dalam surat Fushilat ayat 30 di atas. Apa saja sih usaha dan
tips agar kita bisa menjadi istiqomah dalam kebaikan? Berikut ini
keutamaan istiqomah dan tips-tips yang bisa dilakukan supaya (insya
Allah) kita bisa istiqomah dalam agama ini serta senantiasa dalam
ketaatan.
Arti dan Keutamaan Istiqomah
Menurut Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambali, yang dimaksud dengan
istiqomah ialah menempuh jalan (ajaran agama) yang lurus dengan tidak
berpaling baik ke kiri maupun ke kanan. Dalam hal ini, istiqomah
mencakup pelaksanaan segala bentuk ketaatan (kepada Rabbul ‘Alamin,
Allah) baik lahir maupun batin serta meninggalkan segala
larangan-Nya. Allah SWT berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا
رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ
أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي
كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah
Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat
akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa
takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan
(memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.” (QS.
Fushilat: 30)
Para ulama ahli tafsir ketika memberikan penjelasan mengenai istiqomah di ayat ini terbagi menjadi 3 pendapat.
- Istiqomah dalam agama Islam. Inilah yang dikatakan oleh Mujahid (nama seorang tabi’in) dan Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq.
- Istiqomah dalam ketaatan kepada Allah. Pendapat ini dari Sayyidina Ibnu ‘Abbas.
- Istiqomah dalam keikhlasan. Inilah pendapat dari Abul ‘Aliyah.
Ketiga pendapat ini keseluruhannya bisa kita pakai, karena tidak ada yang bertentangan.
Pada ayat tersebut dijelaskan, bahwa seseorang yang bisa terus
beristiqomah di atas agama Islam dan ketaatan kepada Allah, kelak akan
diberikan kabar gembira serta dihibur oleh para malaikat agar tidak
takut dan bersedih. Sebagian ulama berpendapat bahwa kabar gembira ini
akan diberi ketika sakaratul maut.
Imam Mujahid ketika menafsirkan ayat ini menyebutkan bahwa para
malaikat akan mengatakan; “Janganlah takut dengan akhirat yang akan
kalian hadapi. Juga jangan bersedih dengan dunia yang akan kalian
tinggalkan yaitu anak, keluarga, harta serta tanggungan hutang karena
para malaikat-lah nanti yang akan mengurusnya.” Di saat itu pulalah
orang-orang yang istiqomah tadi akan diberi kabar gembira mengenai surga
yang sudah dijanjikan.
Menurut Zaid bin Aslam, hiburan serta kabar gembira ini tidak hanya
disampaikan ketika sekarat saja, akan tetapi juga ketika berada di alam
barzakh (alam kubur) serta ketika dibangkitkan di hari kiamat. Inilah
keutamaan yang akan didapatkan oleh orang-orang yang istiqomah dalam 3
hal yang disebutkan di atas.
8 Tips Supaya Tetap Istiqomah Dalam Beragama dan Ketaatan
Berikut ini 8 tips yang, insya Allah, bisa membantu kita untuk
menjadi pribadi yang istiqomah baik dalam agama Islam, maupun dalam
ketaatan.
1. Memahami dan Mengamalkan Intisari Dua Kalimat Syahadat
Apabila kita ingin terus berada dalam agama ini, yang harus kita
perhatikan pertama kali adalah rukun Islam kita yang pertama, kedua
kalimat syahadat. Ketika kita sudah bersaksi bahwa tiada yang berhak
disembah selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, itu artinya
kita juga mengikrarkan untuk tidak akan menambah sesembahan lain atau
sekutu bagi Allah serta taat kepada perintah dan ajaran yang dibawa oleh
utusan-Nya, Muhammad SAW.
2. Memperbanyak Interaksi dengan Al-Quran
Allah SWT menyebutkan, bahwasannya salah satu alasan kitab suci umat
Islam ini diturunkan ialah untuk meneguhkan keimanan orang-orang yang
sudah beriman serta menjadi petunjuk bagi mereka. Dia berfirman,
قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
“
Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur’an itu dari Rabbmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.” (QS. An Nahl: 102)
Imam Ibnu Katsir mengatakan mengenai ayat tersebut, “Katakanlah wahai
Muhammad, Al Qur’an itu adalah petunjuk bagi hati orang beriman dan
obat penawar bagi hati dari berbagai keraguan.”
Biasanya, orang-orang yang tidak istiqomah dalam agama ini adalah
mereka yang kurang interaksi dengan al-Quran dan malah sering
berinteraksi dengan orang kafir ataupun orang-orang liberal, sekuler dan
sejenisnya.
3. Mulai dari Amal-amal Sederhana
Untuk menjadi pribadi yang istiqomah dalam beramal shalih, kita perlu
membiasakan dari amal-amal yang sederhana seperti bersedekah (walaupun
sedikit), membantu kawan, sholat dhuha dan lain lain. Nabi Muhammad SAW
bersabda bahwasannya amal yang paling dicintai Allah itu adalah
amal-amal yang terus istiqomah walaupun sedikit.
Dari yang sedikit ini, sedikit demi sedikit ditingkatkan hingga menjadi amalan yang besar lagi istiqomah.
4. Paksa Diri Memberikan Manfaat bagi Sesama
Beramal shalih tidak hanya amal-amal yang berkaitan dengan diri
sendiri, tapi harus juga bermanfaat bagi orang di sekitar kita. Sikap
terlalu mementingkan diri sendiri, walaupun dalam kebaikan, serta tidak
peduli dengan orang di sekitar kita justru tidak baik, karena itu
artinya kita membiarkan saudara seiman kita berada dalam kesulitan, baik
dunia maupun akhirat.
Oleh karena itu, diantara yang penting untuk dilakukan agar bisa
terus istiqomah beramal shalih adalah selalu berusaha membuka celah
kebaikan dengan memberikan manfaat kepada saudara kita, walaupun mungkin
kecil di mata kita, bisa jadi besar di mata orang yang kita bantu
tersebut.
5. Tingkatkan Keyakinan Adanya Balasan di Akhirat
Allah SWT selalu memiliki cara untuk memotivasi hamba-Nya agar giat
beribadah. Terkadang, motivasi itu dalam bentuk balasan di dunia yang
bisa kita rasakan langsung. Akan tetapi, bisa juga balasan dari amal
shalih kita Allah simpan sebagai balasan di akhirat. Untuk tetap
istiqomah dalam beramal, kita harus mempercayai bahwa setiap amal baik
kita pasti memiliki balasan tersendiri sebagaimana yang Allah janjikan
di berbagai ayat dan hadits-hadits Nabi-Nya.
Demikian pula apabila kita mulai futur dan ingin kembali melakukan
kemaksiatan, ingatlah keburukan yang akan menimpa kita di akhirat nanti.
Apabila itu terlalu menakutkan, maka cukup ingat bahwa Allah akan
memberikan balasan besar bagi orang-orang yang mau meninggalkan
kemaksiatan karena Allah.
6. Memiliki Kawan dalam Kebaikan
Dalam beristiqomah, kadang kita memerlukan kawan yang terus
mengingatkan kita mengenai amal-amal shalih atau bisa kita jadikan
teladan dalam beramal. Allah SWT berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At Taubah: 119).
Demikian pula Nabi Muhammad SAW menyampaikan pentingnya sahabat dalam kebaikan;
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ
وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ،
لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ
رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَو تَجِدُ
مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“
Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang
yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan
pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau
bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan
pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus
terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.”
7. Membaca Kisah Orang-orang Shalih
satujam.com
Diantara yang bisa memotivasi kita untuk senantiasa beramal dengan
istiqomah adalah membaca kisah orang-orang yang shalih dan meneladani
sikap mereka dalam beramal agama. Ini juga yang menjadi alasan mengapa
Allah banyak memberikan kisah-kisah orang shalih dan para nabi di dalam
Al-Qur’an. Allah
‘Azza wa Jalla berfirman,
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ
أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ
الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
“
Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah
kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini
telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orang-orang yang beriman.” (QS. Hud: 11)
8. Perbanyak Do’a Memohon Pertolongan dari Allah
7daftar.com
Diantara sifat khas orang beriman ialah selalu memohon dan berdo’a
kepada Allah agar diberi keteguhan pada kebenaran. Disebutkan di
Al-Qur’an, Allah
Ta’ala memuji orang-orang yang beriman yang selalu berdo’a kepada-Nya untuk meminta keteguhan iman ketika menghadapi ujian. Allah
Ta’ala berfirman,
وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ
مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ
الصَّابِرِينَ (146) وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلَّا أَنْ قَالُوا رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ
أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (147)
فَآَتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْآَخِرَةِ
وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (148
“
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka
sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi
lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu
dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang
sabar. Tidak ada do’a mereka selain ucapan: ‘Ya Rabb kami,
ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang
berlebih-lebihan dalam urusan kami dan teguhkanlah pendirian kami, dan
tolonglah kami terhadap kaum yang kafir‘. Karena itu Allah
memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di
akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS. Ali ‘Imran: 146-148).